CLICK HERE FOR FREE BLOG LAYOUTS, LINK BUTTONS AND MORE! »

Rabu, 22 Februari 2012

Doa Untuk Kami

Tadi pagi..
Dengan nafas tak beraturan aku keluar dari kamarku dan menuju kamar kedua orangtuaku, dan aku mendapati ibuku sedang terbaring tidur di tempat tidurnya. Dengan terpaksa, aku membangunkannya dan meminta ijin darinya. "Bu, nanti aku ngga masuk sekolah ya". Beberapa detik kemudian, tidak ada tanda-tanda berfikir sedikitpun, ibuku menjawab "iya", sekilas saja. Aku sadar, rasa lega telah mengalir begitu saja. Aku pun langsung mengirim pesan kepada salah seorang temanku yang aku kira tepat. Setelah itu, aku merasa bebas dari segala bebanku, dan aku memutuskan untuk melanjutkan tidurku yang akhir-akhir ini memang bisa dikatakan tidak nyenyak.

Beberapa menit kemudian, aku dibangunkan oleh ayahku. Oke, dengan hati yang terasa berat, aku pun menuju ke kamar mandi dan keluar dengan perasaan yang masih sama. Setelah aku siap, aku langsung mengikuti ayah dan ibuku menuju ke mobil. Mobil pun melaju dan berhenti tepat di depan apotek dimana di sampingnya terdapat tempat praktek dokter keluarga, yang tidak asing lagi bagiku. Setelah aku keluar dari tempat itu dan menunggu beberapa saat untuk mendapatkan obat di apotek sebelah, kami pun langsung menuju ke rumah sakit. Di situ, ibuku langsung turun. Ayahku langsung melajukan mobilnya kembali setelah ibuku turun di rumah sakit.

Sesampai di rumah, aku sudah tidak bisa menahan diriku sendiri untuk tidak berbaring di tempat tidur. Di tempat tidur, aku merasa sangat mengeluh, kenapa begitu pahitnya rasa lidahku ini? Apalagi saat aku harus minum banyak. Ya Tuhan..

Setelah hari menjelang sore, aku pun keluar dari kamarku dan mendapati ibuku sudah ada di rumah. Dengan rasa acuh tak acuh, aku langsung memutuskan untuk ke kamar mandi. Setelah selesai, aku pun langsung pergi ke ruang tamu. Dan begitu terkejutnya aku. Beberapa piring berisi obat-obatan telah tertata rapi di sana. Astaga, separah inikah keluargaku? Aku pun memutuskan untuk duduk dan membantu ayah dan ibuku di sana. Yang benar saja, semua obat itu milik ayahku. Ya, karna aku tau ayah harus pergi untuk bekerja jauh dari aku dan ibuku, maka ia harus minum obat secara teratur agar... Tentu saja agar tidak seperti itu *tidak perlu aku katakan, bukan?*. Belum juga aku dan ibuku. Setelah aku pikir-pikir, ternyata kami semua memang mempunyai obat masing-masing. Oh, ya ampun, Allah memang benar-benar adil! Tapi, ya, tidak apa-apa. Karna dengan semua ini, kami masih bisa berbahagia bersama. Dan tidak apa-apa, kalau memang aku mudah lelah. Aku bisa menerimanya. Dan aku akan baik-baik saja. Ayah dan Ibuku sekalipun.

Setelah aku menjalani hari-hariku pada hari ini, aku terlihat sedikit lelah, hanya sedikit. Dan besok, akan banyak kegiatan di sekolah. Semoga aku tidak terlihat menyedihkan, terutama di jam olahraga. Semoga tidak akan sangat lelah, karna aku rasa aku sudah cukup istirahat hari ini. Aku ingin menjadi teman-temanku yang terlihat baik-baik saja, sungguh. Aku tidak lemah -

Senin, 20 Februari 2012

Sad Ending Untuk Kedua Kalinya

Novel "Sunshine Becomes You" karangan Ilana Tan baru saja terbit bulan lalu tahun ini. Aku tau jika banyak orang yang tau tentang hal ini, dan mereka akan berfikir bahwa aku tidak perlu mengatakannya. Tapi, oke, biarkan aku mengatakannya dari mulutku sendiri untuk mereka semua. Novel itu baru saja meluncur di gramedia beberapa minggu yang lalu, di wilayah kota yang aku tinggali ini. Begitu aku sudah mendapatkan novel itu, tentu saja aku langsung membacanya karena aku sudah menunggunya lama. Tentu saja aku menunggunya, karena aku selalu mencari informasi tentang novel karya Ilana Tan. Di dalam novel "Sunshine Becomes You" ada banyak hal yang membuatku merasakan sesuatu yang tidak bisa aku nyatakan dalam satu ataupun dalam dua kata. Jadi, mungkin lebih baik aku jelaskan secara detail di sini.

Sekitar beberapa minggu yang lalu, aku pergi ke gramedia bersama salah seorang temanku. Aku berniat membeli hadiah untuk seseorang yang sudah aku anggap adikku sejak kecil. Tentu saja aku tidak ragu untuk membelikannya sebuah novel *entahlah bisa dikatakan novel atau tidak*, karena ia senang dengan buku KKPK (Kecil Kecil Punya Karya).

Begitu terkejutnya aku dengan apa yang aku liat pertama kali setelah aku masuk ke gramedia. Ya, aku melihat kumpulan novel yang akhir-akhir ini sedang aku tunggu-tunggu telah tertata rapi di sana. Tentu saja aku langsung menghampirinya dan sampai-sampai aku sudah tidak tau kabar tasku yang secara otomatis aku serahkan kepada temanku untuk dititipkan di penitipan  barang. Histeris sekali bukan?

Di saat aku memutuskan untuk menghampiri kumpulan buku KKPK, aku bingung. Selain bingung mau memilih buku KKPK yang mana, aku juga bingung "enaknya beli novel gak ya". Dan yang lebih bikin aku pusing, temenku juga nggak bisa nentuin yang mana, katanya sih "terserah kamu aja, itu kan uangmu". Yayaya, oke, bisa juga dibilang pasrah. Dan, yaahh, dengan sangat terpaksa, aku lebih memilih untuk membeli novel, dan memutuskan untuk memebeli hadiah di lain hari nanti.

Oke, di awal aku sangat sangat berharap, aku tidak akan menyesal sampai di rumah karena telah memtuskan apa yang telah aku putuskan. Dan terbukti, aku sama sekali tidak menyesal karena aku sangat senang atas keputusanku. Sangat puas. Maka, dengan senang hati aku membacanya dengan tekun.

Sampai di hari esok, aku sama sekali tidak menemukan tanda-tanda kecewa pada diriku sendiri. "Syukurlah" pikirku. Aku sangat menikmati hari-hariku menghabiskan waktu membaca novel.

Di hari ketiga...
Aku sangat penasaran, bagaimana akhir ceritanya dan kenyataannya aku belum selesai membacanya. Karena banyak godaan untuk mengintip sedikit halaman terakhir, aku pun melakukannya. Beberapa detik kemudian, aku terkejut! "Benarkah seperti itu? Semoga tidak mengecewakan. Semoga saja apa yang aku pikirkan tidak terjadi. Amin" kataku dalam hati. Selalu saja pikiranku melantur ke hal-hal yang negatif. Dan karena tidak ingin hal negatif itu benar-benar terjadi, aku pun meyakinkan diriku sendiri bahwa hal itu tidak akan terjadi. Maka, aku pun  melanjutkan membaca dengan senang hati.

Namun.. Tidak lama kemudian, aku mengerutkan kening. Aku mulai berharap tisu tersedia di sampingku saat itu juga. Terus, terus, dan terus membaca, dadaku pun lama-kelamaan terasa berat. Dan ya, hal negatif yang aku pikirkan beberapa jam yang lalu tadi, terjadilah sudah tanpa ijin kepadaku. Sad ending. Oke, aku merasa kecewa? Menyesal? Atau sedih? Yap, benar, aku sangat sedih, sangat sangat sedih. Bahkan kesedihanku itu selalu terbawa berhari-hari. Bagaimana tidak? Aku slalu merasakan hal seperti itu setiap kali aku membaca novel sad ending. Aku selalu berharap novel yang aku baca adalah novel happy ending, karena jika tidak, sama saja aku menjatuhkan diriku sendiri dalam kegalauan.  Dan, novel Ilana Tan, sad ending lagi untuk kedua kalinya. Tapi, baiklah, tidak apa-apa. Aku tidak akan pernah menyesal membeli novel itu. Aku pecinta novel-novel karangannya. Maka, aku bisa mengerti..

Walaupun begitu, aku berharap semoga novel karangan Ilana selanjutnya, lebih hebat dari yang sebelum-sebelumnya. Sungguh aku sangat menghargainya. "Fighting for Ilana Tan!"




Sabtu, 18 Februari 2012

Sepercik Impian Terindah

Di umurku yang masih bisa dibilang remaja ini, aku sudah bisa tertarik dengan berbagai hal yang ada di dunia ini. Dari hal kecil sampai hal yang memang belum begitu aku mengerti.

Aku suka hujan, bulan purnama, angin sepoi-sepoi, novel, kebersamaan, sampai musik. Dalam hal musik, aku suka menyanyi. Ya, setidaknya aku bisa menghibur diri sendiri dengan suaraku yang entah bagaimana orang menilainya. Aku tau, kemampuanku dalam menyanyi sangatlah lemah, sangat sangat lemah, tidak bisa dikatakan sempurna. Tapi, jika suatu saat nanti aku mendapat kesempatan menyanyi seperti yang mungkin sering aku alamani di kalanganku, dengan percaya diri aku akan menyanyi semampuku. Hal seperti itu mungkin memang tidak dikatakan “jarang” aku lakukan, karna aku memang sering mendapat kesempatan menyanyi di depan banyak orang, namun hanya di sekitarku saja. Aku sama sekali tidak peduli apa kata orang tentang kemampuanku ini. Sungguh aku tidak peduli, memangnya kenapa?

Musik. Aku memang tidak tau banyak hal tentang musik. Jujur saja, aku sangat suka musik, tapi aku sama sekali tidak bisa memainkan alat musik satu pun. Dan sejujurnya aku sangat ingin handal dalam hal itu. Aku ingin bisa mempelajari itu semua, namun sayang, Tuhan berkehendak lain. Aku tidak bisa mempelajarinya sekarang, tidak sekarang, pasti suatu saat nanti bisa, tapi tidak sekarang. Karena aku hanya berharap impianku akan terwujud suatu saat nanti, tidak sekarang bukanlah masalah. Sekarang aku hanya butuh mempelajari materinya saja.

Hal yang masih terlibat dengan musik, aku juga mempunyai impian lainnya. Aku ingin handal dalam menari. Tentu saja menari yang aku maksud adalah "dance". Karena aku sama sekali tidak bisa menari dengan anggun jika tarian itu adalah tarian daerah!

Memang, aku yang sedang menari sama sekali tidak terbuka seperti aku yang sedang menyanyi. Aku sama sekali tidak pernah menari di depan satu orang pun selain di depan orang tuaku *maksudku menari yang serius*, kecuali menari tarian nasional dalam pelajaran sekolah. Di depan orang tua pun karena itu tak sengaja. Ya, bagaimana orang tuaku tidak tau "aku yang sedang menari" kalau aku setiap hari selalu saja menari dengan iringan musik yang selalu didengar semua penghuni rumahku.

Memang, setiap hari aku selalu menjernihkan pikiranku dengan cara menari. Karena dengan menari, aku bisa menggerakkan seluruh tubuhku, serasa aku melepaskan semua beban yang ada pada diriku *ckckck*. Tapi tidak, aku tidak menari di depan banyak orang. Karena tidak ada orang yang pernah menilai tarianku ini, aku sama sekali tidak siap untuk menunjukkannya kepada semua orang, aku tidak siap mendengar apa penilian orang tentang tarianku ini. Apalagi saat-saat di kelas 9 nanti. Karena gerakkanku sama sekali tidak ada yang menarik perhatian orang, biasa-biasa saja. Tentu saja aku tidak membuat tarian sendiri, aku selalu menirukan tarian seorang penari. Karena aku juga ingin menjadi sepeti mereka. Maka dari itu, aku selalu rajin melakukan apa yang bisa membuatku mewujudkan semua impianku dalam hal musik ini, dan apa saja.

Oke, jika aku memang sama sekali tidak terbuka dalam hal menari atau menyanyi *entahlah menyanyi terbuka atau tidak*, mungkin di sini ada orang yang tau setelah membaca ini. Tapi aku tidak peduli apa kata orang. Aku terlalu PDlah, aku sok pinter lah, sok keren lah, dan bla bla bla, aku sama sekali tidak peduli! Karena aku juga ingin menulis impianku di luar pikiranku, hatiku dan jiwaku. Tentu saja seperti orang pada umumnya, bukan? Orang-orang pasti mempunyai impian terindah dalam hidupnya, walaupun itu hanya sepercik impian, dan mereka pasti juga ingin mengeluarkan impian itu dari pikiran, hati dan jiwa, dengan segala cara yang bisa mereka lakukan.



-Maaf apabila semua kata-kata ini terlalu membingungkan- 
Sekian...